Rasmus Hojlund Lolos Sanksi FA, Selebrasi Uniknya Tetap Aman!

Bagikan

Rasmus Hojlund lolos sanski dari Federasi Sepak Bola Inggris untuk melakukan selebrasi gol khasnya, meskipun selebrasi tersebut sempat memicu kontroversi.

Rasmus Hojlund Lolos Sanksi FA, Selebrasi Uniknya Tetap Aman!

Striker Manchester United itu kembali memamerkan selebrasi tersebut dalam pertandingan melawan Leicester City. Berikut ini, kami akan membahas lebih secara detail tentang sepak bola internasional dan tentunya telah dirangkum sebagai berikut .

Awal Mula Selebrasi Kontroversial

Selebrasi gol Rasmus Hojlund yang menjadi perbincangan hangat bermula dari gestur “menggorok leher” yang ia tunjukkan setelah mencetak gol. Pemain depan Manchester United berusia 22 tahun ini pertama kali memperlihatkan selebrasi tersebut saat bertanding melawan Bodo/Glimt di Liga Europa pada bulan November.

Setelah berhasil menjebol gawang lawan, Hojlund berlari ke arah para pendukung timnya, memberikan acungan jempol sebelum mengubahnya menjadi jempol ke bawah, dan kemudian mengakhiri aksinya dengan gestur yang menyerupai gerakan menggorok leher. Inspirasi di balik selebrasi ini ternyata berasal dari film populer “Gladiator II”.

Dalam film tersebut, terdapat adegan di mana Kaisar Geta, yang diperankan oleh aktor Joseph Quinn, melakukan gestur serupa saat menentukan nasib seorang gladiator di arena. Gestur ini memiliki makna yang kuat, yaitu keputusan hidup dan mati, yang kemudian diadaptasi oleh Hojlund sebagai ekspresi kegembiraan dan perayaan atas keberhasilannya mencetak gol.

Jangan biarkan iklan mengganggu momen seru pertandingan. Download apk ShotsGoal sekarang dan saksikan pertandingan Timnas secara langsung tanpa gangguan.

Sikap FA yang Santai

Sikap FA yang Santai

Meskipun selebrasi gol Rasmus Hojlund menuai kontroversi dan kekhawatiran dari berbagai pihak, Federasi Sepak Bola Inggris (FA) memilih untuk mengambil sikap yang lebih santai. FA memutuskan untuk tidak memberikan sanksi atau larangan kepada Hojlund terkait gestur “menggorok leher” yang ia tunjukkan saat merayakan gol.

Keputusan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa selebrasi tersebut, meskipun kontroversial, tidak melanggar aturan atau regulasi yang berlaku dalam sepak bola. Menurut laporan dari Daily Mail, FA tidak berencana untuk meminta Hojlund menghentikan selebrasi tersebut.

FA memahami bahwa selebrasi adalah bagian dari ekspresi emosi seorang pemain setelah mencetak gol. Selama tidak mengandung unsur provokasi atau penghinaan terhadap lawan, maka tidak ada alasan untuk melarangnya. FA juga mempertimbangkan bahwa inspirasi selebrasi tersebut berasal dari film. Sehingga tidak memiliki niat untuk mengagungkan kekerasan atau perilaku negatif lainnya.

Baca Juga: Obrolan Virgil van Dijk Dengan Petinggi PSG, Bukan Soal Transfer!

Fokus Pada Peningkatan Rasmus Hojlund

Rasmus Hojlund, setelah mengakhiri paceklik golnya, menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan performanya di Manchester United. Hojlund menyadari bahwa dirinya masih memiliki banyak ruang untuk berkembang dan ingin terus bekerja keras untuk menjadi pemain yang lebih baik. Baginya, gol ke gawang Leicester City hanyalah sebuah langkah awal dalam perjalanan panjangnya di dunia sepak bola.

Hojlund menyatakan bahwa ia fokus untuk meningkatkan koneksi dengan rekan-rekan setimnya di lapangan. Ia juga bertekad untuk memperbaiki kemampuannya dalam menahan bola dan melepaskannya dengan lebih cepat, terutama saat bermain dengan membelakangi gawang. Hojlund menyadari pentingnya peran dirinya dalam membantu tim melakukan transisi dari bertahan ke menyerang.

Dukungan dari Rekan Tim dan Legenda

Setelah mengakhiri paceklik golnya, Hojlund berencana untuk terus menggunakan selebrasi ini, terutama setelah jeda internasional. Hojlund mengungkapkan rasa lega setelah mencetak gol pada hari Minggu lalu. Hojlund juga mengungkapkan bahwa ia mendapat dukungan dari rekan-rekan setimnya di United. Termasuk Christian Eriksen dan Patrick Dorgu, serta legenda United asal Denmark, Peter Schmeichel.

Peter Schmeichel membantunya sesekali dan mendengarkan perasaannya, baik ketika semuanya berjalan dengan baik maupun buruk. Schmeichel tahu bagaimana rasanya bermain untuk Manchester United sebagai seorang Denmark dan itu bagus untuk memiliki seseorang untuk berdiskusi.