Mohamed Salah, meskipun memiliki kehebatan yang tak terbantahkan di Liverpool, sering kali menunjukkan performa yang kurang memuaskan di pertandingan final, di mana ia tidak berhasil mencetak gol atau memberikan assist.
Fenomena ini bukanlah hal baru, dengan Salah kerap menghilang di laga-laga final sepanjang kariernya, termasuk di final Carabao Cup 2024/25 dan Community Shield 2025. SPORTS ADONAI, akan membahas informasi menarik mengenai sepak bola hari ini, simak pembahasan ini.
Performa Salah di Panggung Final
Rekor Mohamed Salah di laga final memang cukup mengecewakan jika dibandingkan dengan performa regulernya di liga. Sepanjang kariernya, pemain asal Mesir ini telah terlibat dalam 13 laga final, baik bersama Liverpool maupun tim nasional Mesir. Dari jumlah tersebut, ia hanya mampu mencetak dua gol dan dua assist, sebuah angka yang dinilai jauh dari harapan.
Kinerja buruk ini tercermin dari fakta bahwa Salah baru lima kali meraih kemenangan, sementara delapan kali mengalami kekalahan, termasuk di berbagai kompetisi penting seperti Liga Champions, Piala Afrika, dan Piala Dunia Antarklub. Lebih dari itu, statistik menunjukkan bahwa Salah membutuhkan waktu rata-rata 293 menit untuk terlibat langsung dalam terciptanya gol di pertandingan final.
Hal ini menunjukkan bahwa kontribusinya di panggung tersebut cenderung minim dan kurang efektif. Bahkan, dari semua golnya di final, tidak satu pun yang berasal dari open play. Semuanya tercipta dari titik putih atau penalti, menimbulkan rasa frustrasi dan pertanyaan tentang efektivitasnya dalam membuka peluang di laga puncak.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Drama di Wembley Kisah Gagal dan Kejutan
Laga final Community Shield 2025 di Wembley menjadi salah satu pertandingan menarik yang penuh drama. Liverpool, sebagai juara bertahan, tampil percaya diri dan sempat menunjukkan dominasi di awal pertandingan. Dua gol dari Hugo Ekitike dan Jeremie Frimpong memberi harapan besar bagi para pendukung Liverpool untuk mengawali musim dengan kemenangan.
Namun, keunggulan tersebut tidak mampu dipertahankan hingga akhir waktu normal. Crystal Palace menunjukkan semangat juang tinggi dan berhasil menyamakan kedudukan lewat penalti Jean-Philippe Mateta dan gol Ismaila Sarr. Kebangkitan Palace di babak kedua menambah ketegangan dan ketidakpastian.
Skor imbang 2-2 bertahan hingga peluit panjang, memaksa pertandingan dilanjutkan ke babak adu penalti. Di sinilah, drama semakin memuncak. Salah, yang dipercaya menjadi salah satu penendang, gagal menunaikan tugasnya dengan baik. Tendangannya melayang di atas mistar, dan kegagalan ini mengakhiri harapan Liverpool untuk meraih trofi pertama musim ini.
Baca Juga: Transfer Eberechi Eze ke Arsenal Kian Menjauh dari Realita
Rekor Buruk Mohamed Salah di Laga Final
Selain kegagalan di Community Shield 2025, Mohamed Salah juga memiliki sejarah yang kurang menggembirakan di berbagai laga final sepanjang kariernya. Ia telah bermain di 13 final, termasuk kompetisi klub dan internasional, namun hanya mampu mencetak dua gol dan dua assist.
Catatan ini menunjukkan bahwa kontribusinya di panggung besar masih terbatas, dan rekor kemenangannya juga tidak begitu baik. Dari total final tersebut, ia berhasil meraih lima gelar juara dan kalah delapan kali, sebuah statistik yang cukup menyesakkan jika dibandingkan dengan ekspektasi terhadap pemain sekelas Salah.
Lebih jauh lagi, Salah membutuhkan waktu rata-rata 293 menit untuk terlibat langsung dalam mencetak gol di laga final. Tidak adanya gol dari open play selama pertandingan final menunjukkan bahwa ia cenderung bergantung pada situasi tertentu, seperti penalti atau tendangan bebas, untuk mencetak gol.
Bukan Cuma Salah Fakta di Balik Statistik
Kegagalan Mohamed Salah di final bukanlah hal yang unik di dunia sepak bola. Banyak pemain dan legenda sepak bola dunia mengalami tren serupa, termasuk Erling Haaland dan Thierry Henry. Mereka pun pernah mengalami masa-masa sulit saat tampil di pertandingan penentuan, dimana tekanan dan situasi sulit memengaruhi performa mereka.
Faktor-faktor seperti tekanan mental, kondisi fisik, dan kekuatan lawan sering kali menjadi kendala utama yang menghambat kontribusi pemain di panggung besar. Selain itu, sebagian besar final yang dijalani Salah berada di kompetisi yang sangat prestisius dan menuntut tingkat kesulitan tinggi.
Misalnya, final Liga Champions, Piala Afrika, dan Piala Dunia Antarklub merupakan ajang yang sangat kompetitif dan penuh tekanan. Situasi seperti ini sering membatasi ruang gerak dan kreativitas pemain, sehingga kontribusinya di lapangan tidak maksimal. Oleh karena itu, performa Salah di final seringkali dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal yang sulit dikendalikan.
Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi mengenai berita olahraga terbaru lainnya hanya dengan klik sportsadonai.com.